A. Pengertian Coahing dan relevansinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembeljaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakansalah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpuat pada siswa. Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif. Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara dimana menurutnya pendidikan itu adalah proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah perilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
B. Peran Guru dalam Coaching
Peran guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Dengan cara mengajukan pertanyaan. Tentunya bukan sembarangan pertanyaan, namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadikan murid kuat secara kodrati. Dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.
C. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional
Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjdikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki. Yang dilakukan salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi kedalam pembelajaran. Dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik dalam hal ini Ki Hajar Dewantara mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banya air, tentu akan berbeda dengan perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru membutuhkan tempat kering untuk tumbuh dengan baik.
Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek Coaching juga sangat diperlukan. Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewsaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sdar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, mengambl perspektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu akan menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.
https://sariwarsiyah.blogspot.com/2021/12/koneksi-antar-materi-23-coaching.html