Sabtu, 26 Maret 2022

Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Demonstrasi Kontekstual menjadi awal aksi nyata modul 3.1. Dalam modul yang mempelajari tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ini, Calon Guru Penggeraknya (CGP) diminta membuat portofolio aksi nyata. Portofolio yang disusun menggunakan metode refleksi 4P, yaitu Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Perubahan.

Berdasarkan rancangan yang telah dibuat, saya pun melakukan serangkaian aksi nyata. Aksi nyata tersebut adalah sebagai berikut:

Peristiwa (facts)

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan mengambil sebuah keputusan. Bukan saja dilakukan oleh Kepala Sekolah, melainkan juga warga sekolah lain. Termasuk salah satunya adalah guru. Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada guru yang belum memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil keputusan. Tidak jarang beberapa keputusan yang diambil belum tepat. Oleh karena itu, memerlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berangkat dari kondisi tersebut, saya pun berusaha menyusun langkah-langkah strategis. 

Langkah-langkah tersebut tertuang dalam rancangan tindakan aksi nyata.

Pertama, koordinasi dengan Kepala Sekolah. 

Sebelum melakukan aksi nyata saya melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan penilik dan Kepala Sekolah. Kebetulan Bapak Penilik sedang berkunjung kesekolah kami, sehingga saya dapat berkoordinasi langsung dengan beliau. Selain itu juga untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan aksi nyata.

 

Berkoordinasi dengan Penilik dan Kepala Sekolah
untuk menyampaikan materi 3.1 di Komunitas PKG




Kedua, menyusun Rencana Aksi. 

Bagaimanapun juga penyusunan rencana yang baik adalah langkah awal yang baik pelaksanaan kegiatan. Hal ini penting untuk menjamin kegiatan berjalan dengan baik. Hasil aksi nyata ini adalah tersusunnya rencana aksi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Menyusun materi yang akan disampaikan dan memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar untuk menganalisis  kasus.

Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 
Platform Merdeka Mengajar

 
Didalam platform Merdeka Mengajar terdapat beberapa contoh
kasus Bujukan Moral maupun Dilema Etika


Ketiga, Berkolaborasi dengan Komunitas PKG untuk mengimbaskan materi 3.1

Dikecamatan saya terdapat 2 CGP yang berasal dari TK, sehingga saya berkolaborasi dengan Bu Herlin Nur Hayati untuk menyampaikan materi 3.1 dan mengefisiensi waktu. Saya akan memilih beberapa kasus yang sesuaikan dengan kasus nyata yang ada di sekolah. Tujuannya adalah agar materi lebih dekat dan memberikan kemudahan kepada rekan sejawat untuk memahami materi yang saya sampaikan.

Pengimbasan Materi 3.1



Membantu menginstal dan mengakses
Platform Merdeka Mengajar



Perasaan (feelings)

Setelah melakukan aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran awalnya merasa akan mengalami kesulitan. Terutama dalam membuka komunikasi awal terkait pelaksanaan kegiatan. Namun, berkat kolaborasi aksi nyata pun bisa terlaksana dengan baik. Saat pelaksanaan perasaan lebih lega dan tenang. Hal ini karena sesuai rencana yaitu kolaborasi atau bersamaan dengan kegiatan lain sejenis yang dilaksanakan sejawat untuk efektivitas waktu. Demikian halnya setelah aksi nyata selesai. Perasaan bahagia sekaligus tertantang menjaga dan meningkatkan pemahaman diri dan sejawat terkait pengambilan keputusan.

Pembelajaran (findings)

Banyak pembelajaran baru dalam perubahan yang telah dilakukan. Pembelajaran tersebut terkait dengan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu pembelajaran baik bagi diri sendiri, yaitu bahwa awal baik bagi sebuah perubahan adalah kolaborasi. Dari kolaborasi ada pembelajaran tentang menyamakan persepsi dalam menyusun langkah perubahan. Pembelajaran baik lainnya, yaitu terkait kendala dari rencana yang telah disusun. Kendala ada membuat rencana berubah. Oleh karena itu, penting adanya menyiapkan strategi alternatif dalam implementasi aksi nyata. Pembelajaran dari orang lain terutama terkait dengan pentingnya dukungan dari sejawat.

Penerapan ke depan (future)

Perubahan nyata dalam diri, yaitu adanya tekad menguatkan kolaborasi sebagai bentuk dukungan  terhadap sejawat. Hal ini penting kaitannya dengan implementasi aksi perubahan ke depannya. Selain itu, rasa optimis yang meningkat terutama terkait kompetensi diri dalam pengambilan keputusan. Hal ini akan berpengaruh nyata terhadap keputusan yang diambil ke depannya terkait peran sebagai pemimpin pembelajaran. Perubahan lainnya, yaitu semakin meningkatnya komitmen diri untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan di sekolah.

Demikian portofolio aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ini disusun. Semoga bermanfaat, semoga kita bisa melakukan perubahan dari hal-hal kecil yang dilakukan dapat membawa ke perubahan besar yang lebih baik ke depannya. Aamiin

Guru Bergerak Indonesia Maju!

Senin, 14 Maret 2022

Koneksi Antar Materi 3.2-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya di TK Pertiwi Jogosetran

 a. Sintesis berbagai materi

Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut : Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah, Staf/Tenaga Kependidikan, Murid, Orang tua, Masyarakat sekitar.

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Faktor abiotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut : Keuangan, sarana dan prasarana.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasispada kekurangan/masalah/hambatan

Berbasis pada aset

 

·            Fokus pada masalah dan isu

·         Fokus pada aset dan kekuatan

 

·         Berkutat pada masalah utama

·         Membayangkan masa depan

 

·         Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?

·         Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

 

·         Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

·         Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

 

·         Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

·         Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

 

·         Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

·         Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

(Green & Haines, 2010)

 

Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/Alam, Modal Finansial, Modal Politik, serta Modal Agama dan Budaya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 

 

Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.

Modal Manusia
Kepala Sekolah dan guru saling berkolaborasi untuk
menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid



        
Berkolaborasi dengan Orang Tua membuat
pangung memperingati hari Kartini


  
Modal Lingkungan/Alam
Mengajak anak ke Pasar untuk mengenalkan
makanan tradisional dan jual beli

Modal Lingkungan/Alam
Mengajak murid memanfaatkan sawah yang 
ada disekitar untuk pembelajaran 

      
Modal Agama
Memanfaatkan masjid disekitar sekolah untuk
mengajarkan sholat berjamaah 


Modal Fisik Memanfaatkan Aula Balai Desa
untuk acara pentas seni akhir tahun


Sarana dan prasarana yang lengkap


Modal Politik
Berkolaborasi dengan Kepala Desa, Perangkat Desa serta
Bhabinsa dalam penanggulangan Covid-19 

Modal Finansial
BOP, SPP, Anggaran Dana Desa, Infaq 




Modal Sosial
Mengikuti Komunitas PKG 




Kaitan Modul 3.2 dengan Materi pada Modul Sebelumnya 

Kaitan dengan Modul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.

 

Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak

Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.

 

Kaitan dengan Modul Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

Materi pada modul ini (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif. 


Kaitan dengan Modul Pembelajaran Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan Coaching 

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal. 


Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pada modul ini seorang pemimpin sudah mempelajari bagaimana caranya mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Demikianlah tugas modul 3.2.a.9 tentang koneksi antar materi modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat.

 

b. Rancangan Tindakan

PRAKARSA PERUBAHAN

Memanfaatkan sumber daya lingkungan alam untuk pembelajaran yang berpusat pada murid (Outing Class ke Rowo Jombor dan Taman Nyi Ageng Rakit)

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

       Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;

       Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat anak belajar dengan hal-hal baru yang menyenangkan?

 

Bagaimana mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan?

Menggali aset yang ada di sekitar daerah, tidak hanya disekitar sekolah yang anak belum pernah mencoba.

Melibatkan orang tua untuk membantu transportasi, dan guru menyiapkan kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

A-mbil pelajaran (Discover)

       Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;

       Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur

 

 

 Apa pengalaman yang menyenangkan yang pernah dialami murid?

 

 

 Berdiskusi/tanya jawab dengan anak pembelajaran yang seperti apa yang membuat mereka senang.

G-ali mimpi (Dream)

       Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

       Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).

Seperti apa pembelajaran yang berpusat pada murid?

Bagaimana perasaan saya apabila saya dapat mengembangkan aset lingkungan untuk pembelajaran outing class?

Apa yang harus saya lakukan agar kegiatan outing class menarik dan menyenangkan?

Menanyakan tentang pendapat dan perasaan mereka. Memberi kebebasan anak untuk bermain dan belajar.

 

 

 

 

Membuat rancangan kegiatan bersama murid

J-abarkan rencana (Design)

         Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

        Menyusun definisi kesuksesan pencapaian

 

 

Apa langkah-langkah yang harus dilakukan agar kegiatan outing class berjalan dengan menarik dan menyenangkan?

 

 

 

Membuat capaian yang realistis untuk setiap murid.

Membuat daftar apa saja yang diperlukan.

A-tur eksekusi (Deliver)

       Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

       Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)

 

 

 Siapa saja yang bisa kita ajak berkolaborasi.

Apa saja peran masing-masing.

Siapa yang bertanggung jawab.

Kapan kita akan melakukan kegiatan outing class.

 

 

 Menyusun tim dan diskripsi tugas.

 

 


 Menentukan waktu untuk melakukan kegiatan outing class

 

Link Youtube Aksi Nyata

https://youtu.be/BkpEd9HqyGg



Catatan Hasil Lokakarya 7 Sari Warsiyah

  Catatan Hasil Lokakarya 7 Nama PP : Sari Warsiyah, S.Pd. Kegiatan Lokakarya 7 PGP Angkatan 7 Kabupaten Klaten Dilaksanakan tanggal 27- 28 ...