Pendidikan Yang Memerdekakan yang dikemukakakan oleh Ki Hadjar Dewantara jika dikoneksikan
dengan materi sebelumnya, dalam hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip
pendidikan yang memerdekakan dan hal yang tidak selaras terkait praktik
prinsip pendidikan yang memerdekakan yang dirasa perlu diubah atau dikembangkan
bahkan dihilangkan, dapat diuraikan sebagai berikut:
Hal-hal
yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan.
Hal
yang selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan adalah ketika
guru dapat menuntun murid-muridnya, diantaranya sebagai fasilitator yang
bertugas untuk membimbing, mengarahkan dan melatih kemandirian peserta didik
dalam mempersiapkan kehidupannya di masyarakat. Kemerdekaan bukan bebas
sebebas-bebasnya, melainkan proses menuntun yang didasarkan pada kebahagiaan
dan kesenangan murid pada pembelajaran.
Pada
proses menuntun ini di dasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman murid. Kita
menyesuaikan seperti apa karakteristik peserta didik. Kodrat alam murid adalah bermain, sehingga perlu
menginternalisasi permainan ke dalam pembelajaran. Kodrat zamannya adalah pada
masa revolusi industri sekarang ini, kita tidak bisa lepas dari teknologi.
Sehingga anak juga perlu untuk menyesuaikan dengan zamannya untuk dapat
menguasai teknologi.
Filosofi
Ki Hadjar Dewantara anak bukan tabula rasa juga sudah sesuai dengan prinsip
pendidikan yang memerdekakan. Di mana prinsip bukan tabula rasa ini
bertentangan dengan teori John Lock bahwa setiap manusia yang terlahir merupakan
selembar kertas yang putih dan kosong yang bisa kita warnai. Pada teori bukan
tabula rasa Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa setiap anak sudah terlahir
dengan cipta dan karsa sehingga menimbulkan karya.
Hal-hal
yang tidak selaras terkait praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan yang
dirasa perlu diubah atau dikembangkan bahkan dihilangkan.
Hal-hal yang tidak selaras terkait prinsip pendidikan adalah pendidikan yang memaksa anak untuk mengikuti keinginan guru, seharusnya anak bisa memilih kegiatan yang disukai sesuai minat dan bakatnya. Pembelajaran seharusnya bisa dilakukan dimanasaja dan dengan siapa saja, bahwa siswa belajar tidak hanya dengan guru tapi juga dari praktisi di berbagai bidang. Misalnya bisa belajar langsung di pasar, disawah, dilingkungan sekitar sekolah bisa dijadikan sumber belajar. Atau bisa juga dengan studytour.